
Kesadaran pentingnya pendidikan perubahan iklim di negara-negara Asia Tenggara perlu ditingkatkan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Untuk itu, pemangku kepentingan diminta untuk melibatkan pemuda dan sistem pendidikan sebagai bagian dari solusi atas tantangan besar dunia yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Pengembangan guru
Yayasan Saka Guru Pratama, Office for Climate Change, dan SEAMEO Qitep in Science, memberikan dukungan kepada para guru untuk mengembangkan diri secara profesional dan berkelanjutan dalam isu-isu perubahan iklim serta metode penerapan pendidikan perubahan iklim ke dalam kelas. Selain itu, pemuda perlu dilibatkan dalam diskusi ini karena mereka adalah agen perubahan yang dapat meningkatkan mitigasi perubahan iklim secara efektif di wilayah Asia Tenggara dalam berbagai aksi. Untuk itu, para pembuat kebijakan didorong menghasilkan kebijakan yang mendukung penerapan pendidikan perubahan iklim.[1]
Pendidikan perubahan iklim masih belum dipahami praktiknya di dalam ruang kelas/sekolah oleh para pendidik. Padahal, para pendidik berperan penting untuk bisa memberikan pemahaman tentang perubahan iklim kepada anak-anak muda sebagai generasi dan pemimpin masa depan.
Perubahan iklim memengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai hal dan krisis iklim ini nyata. Pemahaman dan kesadaran tentang perubahan iklim disadari masih terbatas sehingga butuh kolaborasi dan dukungan pembelajaran bagi para pendidik yang dapat mendidik siswa memilih perubahan hidup yang lebih berkelanjutan. Kurikulum Merdeka mendukung para pendidik untuk menjalankan pembelajaran bermakna, salah satunya dengan pembelajaran berbasis proyek. Para siswa akan mendapatkan pengalaman langsung untuk terpapar sebagai warga negara global yang juga bersama-sama menjaga alam tempat hidup umat manusia. [2]
Salah satu praktik baik dilakukan guru dengan pembelajaran berbasis proyek yang mengajak langsung siswa ke tempat pembuangan sampah di daerahnya. Mereka menjadi tahu dampak sampah terhadap alam dan memahami krisis lingkungan yang terjadi di sekitar mereka. Tidak hanya mempelajari secara langsung, para siswa juga diajak untuk mencari solusi dan membuat aksi nyata yang dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam keseharian. [2]
Pentingnya Transformasi perilaku
Pendidikan perubahan iklim penting untuk melengkapi individu, komunitas, dan dunia lebih luas agar memiliki pemahaman, kecakapan, nilai dan sikap untuk mau mentransformasi perilaku hidup hijau, rendah emisi, dan masyarakat yang tangguh terhadap dampak perubahan iklim. Lewat pendidikan, kita mau mempromosikan berbagai perspektif untuk menyiapkan generasi muda agar menerapkan gaya hidup berkelanjutan lewat tindakan nyata. Untuk itu, mereka butuh pengetahuan, kesadaran, dan tindakan menuju transisi ke gaya hidup hijau. [3]
Perubahan iklim merupakan masalah kompleks dan subyek yang luas. Para pendidik butuh metode yang tepat untuk menghadirkan isu perubahan iklim dalam pembelajaran secara multidisiplin dan pedagogi aktif. Untuk itu, para guru dilengkapi dalam pengembangan profesional. Selain itu, dibentuk sistem pendidikan untuk mengintegrasikan antara praktik pendidikan dan kurikulum dengan hasil tindakan dan berpikir kritis.
Berdasarkan kajian terhadap kerangka kurikulum nasional di 100 negara, sekitar 47 persen dokumen kurikulum tidak mengacu perubahan iklim. Selebihnya ada, tetapi kedalamannya minimal.
Dengan mengumpulkan pembuat kebijakan, peneliti, NGO, pendidik, dan pemuda dari negara-negara di Asia Tenggara, konferensi pendidikan perubahan iklim bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan perubahan iklim dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Selain itu, konferensi ini juga berfungsi sebagai katalis untuk memicu dialog dan aksi di seluruh wilayah Asia Tenggara. Konferensi ini akan mempresentasikan contoh pengintegrasian pendidikan perubahan iklim di dalam kelas; menyiapkan platform diskusi untuk pembuat kebijakan tentang pendidikan perubahan iklim; dan menyuarakan pendapat para pemuda dari sejumlah negara di Asia Tenggara.
Perubahan iklim menjadi ancaman nyata di Asia Tenggara yang merupakan rumah bagi hampir 15 persen hutan tropis dunia. Asia Tenggara juga menjadi salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim di Bumi.
Dampak
Diperkirakan, jika pemanasan global yang berlebihan tidak dapat dikendalikan pada pertengahan abad ini, Asia Tenggara akan mengalami serangkaian kondisi dan bencana yang semakin memburuk, termasuk gelombang panas yang berbahaya, peristiwa hujan lebat, siklon tropis yang kuat, dan kota-kota pesisir tenggelam karena kenaikan permukaan air laut. Masalah lingkungan yang begitu besar ini tentu akan berdampak langsung pada sistem pendidikan dan pemuda di Asia Tenggara. [4]
Penting menciptakan sinergi antara pembuat kebijakan, sistem sekolah, dan pemuda. Kolaborasi pemangku kepentingan internasional yang kuat antar-organisasi adalah kunci untuk memastikan pendidikan perubahan iklim yang berkualitas.
Daftar Pustaka :
[1]. Kompas.id
[2]. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim. (kompas.id/23/02/2022)
[3]. Head of Education UNESCO Jakarta Mee Young Choi. (kompas.id/23/02/2022)
[4]. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (kompas.id/23/02/2022)