Perpustakaan Untuk Sumber Daya Manusia

Perpustakaan berperan penting sebagai media distribusi pengetahuan yang jadi salah satu modal dasar pembangunan SDM. Saat ini pelibatan perpustakaan untuk membangun manusia berkualitas dinilai belum optimal.

Perpustakaan sebagai lembaga pengelola informasi dan pengetahuan, perpustakaan dapat menyentuh berbagai sektor. Tidak hanya sebagai lembaga institusi pendidikan atau kebudayaan saja.

Perpustakaan bisa jadi mitra esensial untuk menelaah masalah dan menyusun solusi. Informasi yang tersedia sifatnya lintas sektor, misalnya untuk kesehatan, pertanian, hingga inovasi. Penting untuk menjelaskan kepada semua pihak, khususnya pembuat kebijakan, tentang pentingnya perpustakaan.

Manifesto Perpustakaan Umum IFLA-UNESCO 2022, tercantum peran perpustakaan. Dokumen itu menyebut perpustakaan sebagai daya bagi pendidikan, kebudayaan, inklusi, dan informasi. Perpustakaan juga disebut sebagai agen pembangunan berkelanjutan.

Informasi yang disediakan perpustakaan dinilai turut mencerdaskan publik. Selain itu, informasi tersebut bisa dimanfaatkan individu untuk membuat keputusan penting di hidupnya secara bijak. Itu sebabnya informasi dari perpustakaan menjadi salah satu modal dasar pengembangan SDM.

Adapun perpustakaan berperan meningkatkan literasi dan kegemaran membaca masyarakat. Menurut data Badan Pusat Statistik, nilai budaya literasi Indonesia 55,03 pada 2019. Sementara itu, Kajian Budaya Baca Masyarakat Indonesia pada 2019 mencatat nilai rata-rata kegemaran membaca masyarakat adalah 53,84 atau masuk dalam kategori sedang.

Kegemaran membaca masyarakat naik tipis di tahun berikutnya. Berdasarkan survei Tingkat Kegemaran Membaca Nasional oleh Perpustakaan Nasional, dari skala 1-100, skor kegemaran membaca Indonesia pada tahun 2020 adalah 55,74 atau ada di kategori sedang. Pada 2021, skor ini naik lagi menjadi 59,92 yang juga masuk kategori sedang.

Perpustakaan dan pustakawan agar senantiasa meningkatkan kapasitasnya. Selain melalui pelatihan, perpustakaan juga dapat memperkuat jejaring dengan pegiat literasi di akar rumput.

Perpustakaan juga dapat berdiskusi apa fungsi perpustakaan saat ini, bagaimana mendatangi publik, atau cara baru apa yang bisa digunakan untuk mendiseminasi informasi kepada publik. Perpustakaan mesti memikirkan layanan seperti apa yang dapat diberikan (untuk publik).

Baik atau buruknya perpustakaan tidak tergantung pada koleksi yang dimiliki, tetapi seberapa luas akses informasi yang tersedia. Itu sebabnya perpustakaan didorong berjejaring dengan pihak-pihak yang menyediakan informasi. Perpustakaan mungkin tidak mampu membiayai semua dokumen yang dipublikasi. Maka itu, penting untuk bekerja sama dengan pihak lain misalnya perusahaan atau pihak individu yang memiliki perhatian terhadap perbukuan.

Sekarang teknologi informasi mau tidak mau harus dimanfaatkan untuk mendorong kapasitas perpustakaan. Teknologi kecerdasan buatan, misalnya, dapat dikembangkan untuk layanan chatbot.

Misalnya Perpusnas mengembangkan Indonesian OneSearch atau IOS. IOS menghubungkan lebih dari 3.000 institusi dan menyediakan lebih dari 12 juta dokumen digital yang dapat diakses publik secara gratis. Ada pula aplikasi iPusnas yang menyediakan bahan bacaan digital koleksi Perpusnas. Perpustakaan digital diharapkan bisa memperluas akses bacaan ke publik.

Recommended For You

About the Author: SudutEdukasi

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *