Analisis Persentase Kehadiran Guru Dalam PBM Dengan AI

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan salah satu aspek krusial yang memengaruhi mutu pendidikan di sekolah. Tanpa kehadiran dan keterlibatan penuh guru, efektivitas pembelajaran akan menurun, target kompetensi siswa sulit tercapai, dan tujuan pendirian sekolah sebagai lembaga pendidikan bermutu tidak dapat terpenuhi. Di UPTD SMPN 3 Sinjai, pencapaian persentase realisasi Proses Belajar Mengajar (PBM) setiap guru menjadi indikator penting untuk mengevaluasi kedisiplinan, komitmen, dan kendala yang dihadapi dalam menjalankan tugas profesional. Data realisasi PBM September 2025 mengungkap variasi capaian antara 61,7% hingga 100%, yang mengindikasikan adanya faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi tingkat kehadiran guru. Oleh karena itu, analisis mendalam terhadap indikator penyebab ketidakhadiran guru menjadi langkah awal dalam merumuskan strategi peningkatan kualitas pembelajaran dan dukungan bagi tenaga pendidik di SMPN 3 Sinjai.

Ketidakhadiran guru merupakan salah satu tantangan utama dalam sistem pendidikan yang dapat berdampak signifikan terhadap kualitas pembelajaran. Berdasarkan berbagai penelitian dan analisis, terdapat beberapa kategori utama indikator penyebab ketidakhadiran guru yang perlu dipahami oleh kepala sekolah untuk mengambil langkah preventif dan korektif yang tepat.

Pemanfaatan AI dalam menganalisis persentase kehadiran guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) memberikan kemudahan dan ketepatan dalam pengelolaan data kehadiran. AI secara otomatis mengumpulkan dan memproses data absensi guru dari berbagai sumber digital seperti sistem kehadiran elektronik atau aplikasi presensi. Dengan kemampuan analisis data yang cepat, AI mampu menghitung persentase kehadiran secara real-time, mengidentifikasi pola ketidakhadiran, dan memberikan laporan yang mudah dipahami sebagai dasar pengambilan keputusan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Selain itu, AI dapat memprediksi potensi masalah kehadiran yang dapat mengganggu proses pembelajaran sehingga tindakan preventif dapat diambil lebih awal. Pendekatan ini mendukung manajemen sekolah dalam menjaga konsistensi kehadiran guru demi efektivitas PBM

Contoh Analisis

Analisis dan Tren Persentase Realisasi PBM Setiap Guru UPTD SMPN 3 Sinjai (September 2025)

Hasil analisis data menunjukkan tingkat realisasi Proses Belajar Mengajar (PBM) per guru di UPTD SMPN 3 Sinjai sangat variatif, dengan distribusi persentase antara 61,7% hingga 100%. Tiga guru berhasil mencapai realisasi PBM 100%, menandakan pelaksanaan tugas mengajar secara penuh sesuai jadwal. Terdapat pula beberapa guru yang persentase realisasinya masih di bawah 70%, yang perlu mendapat perhatian untuk perbaikan kedisiplinan atau kendala pelaksanaan PBM.

Tabel Persentase Realisasi PBM Setiap Guru

Nama GuruPorsentase Kehadiran
Abd.Rahman S.Pd100
Hasbiah S.Pd.100
Mat Najamuddin S.Pd.100
Saharuddin, S.Pd.96.9
A.Sinar Alam S.Kom94.4
Prak Hasbiah S.Pd.93.8
Prak Fitriani S.Pd93.8
Sutarni,S.Pd.,M.Pd.93.8
A.Sinar Alam S.Kom Info88.9
Arfina Arif87.5
Yudi Arianto S.Pd.85.7
Nurul Ilma S.Pd84.4
Nukri, S.Pd.I83.3
Faida Sahrani,S.Pd. Prak83.3
Sofyan S.Pd. Mat82.5
Mohammad Burham,S.Pd.79.2
Hatikah Musriah S.Pd79.2
Rukaya S.Pd77.1
Faida Sahrani,S.Pd.. IPA76.7
Darmawati Ismail, S.Pd.I.76.0
A n i s i, S.Pd.75.0
Usman S.Pd.,MM.IPA73.8
Nurlita, S.Pd.70.0
Muhammad Azwar Hasyim, S.Pd.70.0
Aidal Yanhar S.Pd64.6
Salmah,S.Pd.61.7

Tren Utama

  • Guru dengan 100% Realisasi: Terdapat tiga guru dengan realisasi penuh, menjadi teladan bagi yang lain.
  • Mayoritas Guru Terealisasi Tinggi: Sebagian besar guru (di atas 75%) konsisten menjalankan jadwal PBM hampir sepenuhnya.
  • Beberapa Guru Perlu Evaluasi: Sekitar empat guru realisasinya masih di bawah 75%. Ini dapat menandakan perlunya monitoring, pendampingan, atau evaluasi kendala yang dihadapi.
  • Rentang Variasi: Persentase realisasi terbentang cukup lebar, menandakan adanya variasi dalam kedisiplinan atau faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kehadiran/mengajar guru.

Visualisasi Data

Grafik berikut menampilkan distribusi persentase realisasi PBM setiap guru:

Grafik Persentase Realisasi PBM Setiap Guru UPTD SMPN 3 Sinjai

Rekomendasi Tindak Lanjut

  • Pendampingan Guru dengan Realisasi Rendah: Identifikasi hambatan yang dihadapi dan lakukan pembinaan atau pemberian solusi atas kendala PBM yang dialami.
  • Pemberian Apresiasi: Guru dengan realisasi PBM tinggi perlu mendapatkan apresiasi/rekognisi.
  • Monitoring Rutin: Lakukan pemantauan berkala untuk memastikan tren positif dipertahankan dan peningkatan capaian bagi guru yang membutuhkan dukungan.

Analisis ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh kepala sekolah dan tim manajemen dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di UPTD SMPN 3 Sinjai.

Baca juga: Analisis Data Kehadiran Guru dalam PBM di Kelas Dengan AI

Indikator penyebab ketidakhadiran guru dalam mengajar

Ketidakhadiran guru merupakan salah satu tantangan utama dalam sistem pendidikan yang dapat berdampak signifikan terhadap kualitas pembelajaran. Berdasarkan berbagai penelitian dan analisis, terdapat beberapa kategori utama indikator penyebab ketidakhadiran guru yang perlu dipahami oleh kepala sekolah untuk mengambil langkah preventif dan korektif yang tepat.

Faktor Internal (Pribadi Guru)

Masalah Kesehatan

Kesehatan fisik dan mental guru menjadi faktor dominan dalam ketidakhadiran. Kondisi kesehatan yang buruk, baik akut maupun kronis, secara langsung mempengaruhi kemampuan guru untuk hadir dan mengajar secara optimal.​

Indikator spesifik:

  • Sakit berkepanjangan atau penyakit kronis
  • Gangguan kesehatan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi
  • Kelelahan fisik dan mental akibat beban kerja berlebihan
  • Kondisi kesehatan keluarga yang memerlukan perawatan​

Motivasi Kerja Rendah

Tingkat motivasi guru yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal seperti kurangnya kepuasan kerja, merasa tidak dihargai, atau kehilangan semangat dalam profesi.​

Masalah Pribadi dan Keluarga

Urusan pribadi dan keluarga seringkali menjadi alasan ketidakhadiran guru, terutama dalam situasi mendesak atau berkelanjutan.

Faktor Eksternal (Lingkungan Kerja)

Beban Administratif Berlebihan

Salah satu penyebab utama ketidakhadiran guru adalah beban administrasi yang tidak proporsional. Guru modern tidak hanya mengajar, tetapi juga harus mengelola berbagai tugas administratif yang kompleks.

Manifestasi beban administratif:

  • Pembuatan RPP dan dokumen pembelajaran yang berulang-ulang
  • Pengisian platform digital seperti PMM (Platform Merdeka Mengajar)
  • Laporan-laporan rutin yang tidak berkaitan langsung dengan pembelajaran
  • Tugas administratif yang menghabiskan 70% waktu kerja guru

Tugas Dinas dan Kegiatan Resmi

Data menunjukkan bahwa 26,4% ketidakhadiran guru secara nasional disebabkan oleh tugas resmi terkait pengajaran, terutama menghadiri rapat dan pelatihan. Di Jawa, angka ini mencapai 35%, sementara di Papua dan Maluku hanya 9%.

Kondisi Lingkungan Sekolah

Lingkungan kerja yang tidak kondusif dapat mendorong ketidakhadiran guru:​

Indikator lingkungan sekolah bermasalah:

  • Ketidakhadiran kepala sekolah yang buruk
  • Kurangnya pengawasan dan supervisi rutin
  • Fasilitas sekolah yang tidak memadai
  • Konflik internal antar staff
  • Komite sekolah yang tidak berfungsi optimal

Faktor Geografis dan Akses

Lokasi sekolah dan aksesibilitas menjadi faktor penting, terutama di daerah terpencil:​

  • Jarak tempuh yang jauh dari rumah ke sekolah
  • Kondisi jalan dan transportasi yang buruk
  • Isolasi geografis sekolah
  • Keterbatasan sarana komunikasi

Faktor Sistem dan Kebijakan

  • Masalah Pembayaran Gaji dan Tunjangan. Keterlambatan pembayaran gaji dan tunjangan berdampak signifikan terhadap kehadiran guru. Guru yang mengalami keterlambatan gaji memiliki tingkat ketidakhadiran 11,9%, dibandingkan 6,5% untuk guru yang menerima gaji tepat waktu.​
  • Status Kepegawaian dan Sertifikasi. Guru dengan status kepegawaian yang tidak jelas atau belum tersertifikasi cenderung memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi.​
  • Distribusi Guru yang Tidak Merata. Guru yang mengajar di lebih dari satu sekolah memiliki kecenderungan ketidakhadiran yang lebih tinggi karena konflik jadwal dan beban kerja yang berlebihan

Faktor Keterlambatan dan Kedisiplinan

  • Pola Keterlambatan. Di beberapa wilayah seperti Sumatra dan Kalimantan, sekitar 25% ketidakhadiran guru disebabkan oleh terlambat datang ke sekolah.​
  • Kurangnya Pengawasan. Sistem pengawasan yang lemah memungkinkan terjadinya ketidakhadiran tanpa konsekuensi yang jelas.

Rekomendasi Penanganan

Berdasarkan identifikasi indikator-indikator tersebut, kepala sekolah dapat mengambil langkah-langkah berikut:

Penguatan Sistem Pengawasan:

  • Implementasi sistem absensi digital yang transparan
  • Evaluasi rutin terhadap kehadiran guru
  • Kunjungan supervisi yang terjadwal dan terstruktur

Perbaikan Lingkungan Kerja:

  • Menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan supportif
  • Mengurangi beban administratif yang tidak perlu
  • Meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana sekolah

Penguatan Kapasitas dan Motivasi:

  • Program pembinaan dan pengembangan profesional guru
  • Sistem penghargaan untuk guru berprestasi
  • Pendampingan untuk guru yang menghadapi masalah pribadi

Koordinasi dengan Stakeholder:

  • Kerjasama dengan dinas pendidikan untuk penyelesaian masalah sistemik
  • Peningkatan peran komite sekolah dalam pengawasan
  • Advokasi untuk perbaikan infrastruktur dan akses

Dengan memahami berbagai indikator penyebab ketidakhadiran guru ini, kepala sekolah dapat mengembangkan strategi yang lebih tepat sasaran untuk meningkatkan kehadiran guru dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Recommended For You

About the Author: SudutEdukasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *