Menarik tulisan I Wayan Artika yang dimuat di kompas.id tanggal 10 Desember 2023 berjudul “30 Tahun Membenahi Guru”. Yang menarik dari tulisan beliau adalah pada kalimat “disrupsi pendidikan tidak hanya terjadi lewat platform belajar digital/daring, tetapi juga lewat guru generasi Z. Mereka secara kultur baru menggusur guru-guru tua status quo”. Sebagai seorang yang berprofesi guru tersadar bahwa dalam hitungan bulan lagi telah mengabdi selama 30 tahun. Jika dikelompokkan telah melewati tiga masa, yaitu masa orde baru, transisi/reformasi dan era digital. Tetapi tetap mengikuti perkembangan dan perubahan tanpa merasa secara kultur baru digusur oleh guru generasi Z.
Selama tiga dekade sebagai guru selalu dipikirkan oleh yang berwenang agar kami dapat menjadi guru bermutu yang diharapkan dapat mengikuti perkembangan zaman. Sejak masa orde baru perhatian pemerintah terhadap pendidikan boleh dikatakan sangat besar. Pendidikan dan pelatihan guru diselenggarakan setiap tahun dengan anggaran besar. Pelatihan dilaksanakan di hotel-hotel ditambah uang saku honor dan biaya perjalanan. Materi pelatihan masih dalam bentuk cetakan belum diketahui bahwa diluar sana secara terbatas sudah ada istilah internet. Saat ini generasi kami waktu itu disebut gen X adalah generasi yang lahir pada tahun 1965 – 1980.
Pendidikan guru dimasa itu masih didominasi strata diploma satu, dua atau tiga utamanya di jenjang pendidikan SMP dan sebagian kecil pada jenjang SMA atau sederajat, sedang untuk sarjana mendominasi tingkat SMA dan sebagian kecil di SMP. Meningkatkan kompetensi guru maka salah satu usaha pemerintah adalah membuka program penyetaraan D3 dan S1. Saat itu inovasi proses belajar sangat minim, pemerintah fokus peningkatan standar kualifikasi akademik.
Kualitas pendidikan saat itu jelas lebih rendah dibandingkan sekarang tapi yang terbaik dimasanya. Berdasarkan rangking mutu pendidikan, Indonesia masih berada pada posisi yang rendah, bahkan untuk kawasan ASEAN hanya negara Vietnam yang posisinya di bawah Indonesia.
Masa transisi yang diawali reformasi di segala bidang adalah harapan untuk memulai strategi baru dalam pengelolaan pendidikan di Indonesia. School Base Management atau Manajemen Berbasis Sekolah adalah langkah awal. Diakui bahwa awal diterapkan MBS ini sekolah gagap menghadapinya. Bagaimana tidak, selama sekian tahun sekolah hanya menerima petunjuk untuk melakukan tugas tanpa keterlibatan komunitas sekolah dalam merancang program.
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau dikenal dengan KBK adalah kurikulum yang merupakan produk awal di era reformasi. Pengelolaan sudah mulai berpusat di sekolah. Generasi Y (yang lahir antara tahun 1981-1996) atau biasa juga disebut generasi milenial mendominasi sebagai peserta didik. Walaupun disebut sebagai generasi milenial mereka tidak jauh berbeda dengan generasi X. Kondisi kerja di sekolah umumnya masih kerja manual, jaringan internet masih sangat terbatas bahkan di kota besar belum merata atau tidak ada. Tetapi saat itu gambaran masa depan sudah ada di angan-angan bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tidak akan lama lagi.
Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia saat itu? Kondisinya tidak baik-baik saja. Kita masih tetap bergulat mencari format yang tepat guna meraih mutu pendidikan yang lebih baik. Walaupun demikian kemajuan dari kondisi sebelumnya tetap ada. Posisi tingkat global masih tetap tidak menggembirakan.
Era digital pendidikan diawali dengan pendataan data pendidikan secara terpusat yang dikenal dengan Dapodik. Pada tahap awal yang terdata hanya data siswa, guru/pegawai serta sarana sekolah. Seiring berkembangnya waktu maka pendataan di Dapodik diperluas ke jumlah jam guru dalam proses belajar mengajar. Data ini digunakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menentukan apakah data seorang guru valid untuk mendapatkan tunjangan profesi. Termasuk penentuan besaran anggaran dana BOS/BOSP yang akan diberikan ke sekolah. Pemanfaatan digital di sekolah terus dikembangkan dan puncaknya ketika digunakan dalam pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Bahkan penentuan seorang siswa bersyarat menerima dana bantuan tergantung hasil verifikasi lewat dapodik yang diusul pihak sekolah.
Masa pandemi Covid-19 menjadi pemicu pemanfaatan digital semakin lebih meluas dan masif. Sekolah ditutup untuk kegiatan tatap muka, sehingga pembelajaran dilakukan secara daring. Setuju atau tidak setuju siswa, guru, kepala sekolah dan pihak Dinas Pendidikan harus mengikuti dan membiasakan diri dengan situasi baru ini. Masa ini yang terlibat mulai dari generasi X hingga generasi Z.
Kembali kemasa lalu negeri kita Indonesia dibangun dan dipelopori oleh generasi Pre-Boomer merupakan generasi yang lahir sebelum 1945, sebuah masa di mana dunia tengah mengalami krisis global. Di Indonesia, periode ini adalah periode sebelum kemerdekaan. Indonesia masih dalam jajahan bangsa lain. Oleh karena itu, pre-boomers memiliki jiwa yang tangguh karena hidup disaat kondisi perekonomian global dalam situasi sulit akibat perang. Dari latar belakang tersebut, generasi pre-boomers memiliki karakter sebagai berikut : Mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi serta bertanggungjawab, berjiwa patriotisme yang tidak perlu diragukan lagi, memiliki berbagai pengalaman yang melewati berbagai zaman.
Baca juga : Guru Berkualitas Untuk Literasi dan Numerasi
Perubahan yang terjadi pada sektor pendidikan yang sangat menonjol yaitu ketika saat pandemi COVID-19 dan menjadi pemicu perubahan masif dari segi sistem dan tatanan pendidikan di Indonesia terus maju. Era disrupsi pendidikan terjadi di masa ini ketika Kemdikbud melakukan kolaborasi antara guru, murid, dan orang tua dengan teknologi digital.
Dalam sebuah tulisan berjudul “Hasil PISA 2022, Refleksi Mutu Pendidikan Nasional 2023” epaper.mediaindonesia.com desember 17, 2023 bahwa hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 yang diumumkan pada 5 Desember 2023, Indonesia berada di peringkat 68. Lebih lanjut dikatakan sejak keikutsertaan kita pada PISA, belum terjadi peningkatan kualitas secara signifikan sebagaimana direpresentasikan oleh skor perolehan sepanjang 2000-2022. Diera sekarang generasi Z pun belum bisa membawa perubahan kualitas pendidikan kearah yang lebih bermutu untuk sejajar dengan negara lain seperti Korea Selatan, Singapura Jepang atau Finlandia sebagai negara dengan mutu pendidikan terbaik di dunia.
Setiap generasi memiliki kontribusi tersendiri dalam mempersembahkan mutu pendidikan di negara kita. Perbedaannya terletak pada kondisi teknologi yang berpengaruh di zamannya. Belum ada generasi yang mampu memajukan kualitas pendidikan nasional secara signifikan berdasarkan hasil perhitungan atau survei lembaga internasional. Yang ada, adalah secara perorangan misal dia seorang ahli kimia, nuklir, aeronotika, atau lainnya yang kualitasnya dibentuk oleh kondisi zamannya.
Artikel/tulisan ini telah diterbitkan Majalah Dunia Pendidikan ISSN: 2301-9034 – Edisi No. 292 Pebruari 2024
1 Comment