Foto : Pexels
Kebiasaan mendongeng yang pernah menjadi teman setia anak-anak sebelum tidur perlu dihidupkan lagi. Dongeng sebagai penjaga peradaban masa lalu sekaligus investasi untuk masa depan anak agar lekat dengan nilai kebaikan.
Perkembangan teknologi membuat gaung budaya mendongeng semakin samar tergerus zaman. Dongeng yang dahulu menjadi pengantar tidur anak-anak di berbagai penjuru Nusantara, kini mulai terpinggirkan. Padahal, melestarikan dongeng turut merawat peradaban karena menjadi media pewaris nilai-nilai kebaikan lintas generasi.
Kebiasaan mendongeng perlu terus digaungkan untuk mempertahankan budaya bertutur. Upaya ini sekaligus merawat peradaban melalui nilai-nilai kebaikan yang diwariskan turun-temurun. Dongeng sangat efektif sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, salah satunya kejujuran. Dengan mendongeng, seseorang bisa menjadi guru, tanpa menggurui.
Dengan bercerita, anak-anak lebih mudah menerima nasihat yang diberikan. Selain itu, mereka bisa belajar dengan interaktif karena dapat bertanya langsung dengan orang yang bercerita. Bibit kejujuran harus ditanamkan ke anak-anak agar kelak tidak terbiasa berbohong. Itu bisa disampaikan lewat dongeng. Dengan begitu, kita ikut mencegah generasi korup di masa depan.
Kebiasaan mendongeng perlu terus digaungkan untuk mempertahankan budaya bertutur. Upaya ini sekaligus merawat peradaban melalui nilai-nilai kebaikan yang diwariskan turun-temurun.
Mendongeng juga membangun keakraban dan kedekatan dengan anak. Jadi, saat beranjak remaja, anak lebih terbuka untuk menceritakan apa yang dialaminya. Hal ini harus dibiasakan sejak kecil. Tidak hanya secara luring (luar jaringan), mendongeng juga dapat dilakukan secara daring (dalam jaringan).