Siswa Indonesia yang memiliki kecakapan literasi dan numerasi pada kategori cakap dan mahir masih minim. Bahkan, ketidakmampuan menguasai kompetensi dasar ini sudah terjadi sejak jenjang SD/MI dan terus berlanjut hingga jenjang SMA/SMK sederajat. Rendahnya kompetensi literasi dan numerasi ini perlu intervensi khusus dan dasar.
Kompetensi Literasi
Potret kompetensi literasi dan numerasi siswa Indonesia yang masih rendah tersebut tergambar dalam hasil asesmen kompetensi minimum yang diukur pada Asesmen Nasional (AN) 2021 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk siswa kelas 5 SD, kelas 8 SMP, dan kelas 11 SMA/SMK sederajat secara acak. Satu dari dua perseta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi, sedangkan dua dari tiga siswa belum mencapai kompetensi minumum numerasi.
hasil Asesmen Nasional tidak mengagetkan. Sebab, jauh sebelum itu dilakukan, hasilnya relatif sama. Untuk itulah, pembenahan untuk menghadirkan pembelajaarn berkualitas semakin mendesak.
Salah satu hal paling urgen yang perlu dilakukan adalah memperbaiki pendidikan guru, baik di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) maupun pendidikan bagi guru yang sudah menjadi guru. Pendidikan guru yang berkualitas ini harus menjangkau semua guru.
Kelemahan dalam penguasaan literasi dan numerasi siswa, terutama sejak jenjang SD, dinilai bukan karena materi yang padat. Para guru harus tetap bisa mengajar secara berkualitas ketika menggunakan kurikulum apa pun dan sepadat apa pun sepanjang guru memahami tujuan mengajar Matematika dan membaca serta apa keterampilan yang paling esensial.
Kurikulum akan selalu berganti. Tapi, ketika guru tahu kenapa mengajarkan sesuatu dan apa hal paling esensial terkait apa yang diajarkan, guru bisa membuat keputusan profesional terkait kurikulum yang digunakan.
Kompetensi literasi siswa secara umum masih rendah. Ini terutama disebabkan guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mengajarkan cara membaca dan menghitung yang tepat sesuai kondisi siswa yang beragam. Banyak ditemui siswa hingga kelas 3 SD yang tidak bisa membaca.
Membaca, misalnya, sering hanya asal siswa bisa membunyikan kalimat tanpa paham maknanya. Ketidakmampuan membaca dan memahami bacaan di kelas awal ini berdampak pada kemampuan belajar siswa di kelas lanjutan.
baca juga : Karakteristi Guru Top
Penguatan Guru
Penguatan dilakukan untuk mereorientasi pengetahuan dan keterampilan guru, khususnya dalam literasi. Guru dikuatkan untuk mengajarkan lima tahapan membaca yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan siswa. Pendampingan membuat siswa yang semula lamban membaca bisa lebih cepat dari rata-rata. Mereka jadi bisa mulai siap belajar, tidak tertinggal dari siswa lain. Guru butuh terus dikuatkan dengan komunitas belajar supaya terinspirasi.
Sebenarnya guru-guru mempunyai potensi mengajar Matematika dan membaca dengan baik. Namun, potensi ini tidak bisa tumbuh begitu saja. Guru-guru perlu mempunyai kesempatan untuk mengembangkan potensi ini melalui pendidikan guru yang berkualitas. Untuk bisa mengajar Matematika dan membaca dengan baik, ada strategi yang dibutuhkan.
Para guru perlu tahu apa tujuan mereka mengajar Matematika dan membaca. Matematika, misalnya, selain menerapkan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari, Matematika juga membantu anak mengembangkan penalarannya, membantu mengembangkan kemampuan mereka melihat pola, serta membiasakan anak untuk memecahkan masalah. Dengan tahu tujuan ini, guru akan selalu mengarahkan proses belajar-mengajarnya menuju arah tersebut dan tidak mengajar untuk kepentingan lulus ujian saja, misalnya. Guru yang sadar tujuan belajar Matematika seperti itu tidak akan fokus mengajak anak menghafalkan rumus tanpa mengajak siswa bernalar.
Selain itu, guru juga perlu belajar bagaimana mengajarkannya. Untuk siswa SD, misalnya, sangat penting mulai mempelajari konsep Matematika dengan memulai mengajak siswa belajar melalui hal-hal yang konkret. Lalu siswa diajak memodelkan gagasan dalam bentuk gambar, baru ke simbol abstrak.
Keterampilan membaca
Beberapa guru mengakui tak jarang menemui siswa kelas 6 SD yang belum lancar membaca dasar. Para guru diajak belajar bagaimana cara mengajarkan siswa agar terampil membaca dasar. Agar terampil membaca dasar, anak perlu membangun pemahaman berbahasa dan kemampuan menerjemahkan teks menjadi bunyi. Untuk bisa mengajar membaca dasar, guru perlu memiliki pemahaman akan kesadaran cetak, fonologi, pengetahuan alfabet, kosa kata, dan pemahaman. Pemahaman-pemahaman tersebut kemudian perlu diterjemahkan ke dalam praktik.
Guru perlu belajar dulu menjadi pembaca aktif bukan seseorang yang sekadar membaca, tetapi mereka malakukan berbagai upaya untuk bisa lebih memaknai bacaan. Misalnya dengan membahas hasil bacaan, membuat catatan ketika membaca, memikirkan bacaan, menuliskan kembali apa yang dibaca, atau bahkan menghasilkan karya baru (tulisan atau yang lainnya) yang terinspirasi dari bacaan.
kompetensi literasi dan numerasi yang diukur ke siswa melalui Asesmen Nasional menggunakan metode berstandar internasional. Hasil intervensi yang berfokus pada pengembangan kompetensi dasar ini sebagai bagian paling penting dari kualitas pendidikan.
Rapor Pendidikan Indonesia ini ditujukan untuk satuan pendidikan dan pemerintah daerah agar bisa mengidentifikasi tantangan pendidikan di satuan pendidikan dan menjadi bahan untuk refleksi sehingga bisa menyusun rencana perbaikan pendidikan secara lebih tepat dan berbasis data.
3 Comments