
Karya: A.Citra Naqiyyah Salsabilla (Siswi Kelas VII UPTD SMPN 3 Sinjai)
Di dasar laut yang indah dan penuh warna, hiduplah ikan Nemo yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Nemo tinggal di sebuah terumbu karang yang indah bersama teman-temannya, seperti Ikan Dory yang ceria dan Ikan Komet yang cerdas. Mereka hidup dalam harmoni dan saling menghormati satu sama lain.
Namun, kehidupan di laut tidaklah selalu damai. Ikan Angelfish yang sombong dan suka mengatur-atur mulai mengancam kehidupan di laut. Ikan Angelfish, yang bernama Finley, sering memerintahkan ikan-ikan lain untuk melakukan hal-hal yang tidak mereka inginkan. Finley juga sering mengancam ikan-ikan yang tidak patuh pada perintahnya.
Suatu hari, saat sedang berbincang-bincang dengan sesama ikan Nemo, salah satu dari mereka tanpa sengaja menabrak penghalang yang menutupi terumbu karang dan tempat tinggal mereka. Penghalang itu sengaja dibuat oleh ikan Angelfish, Finley yang tak diketahui oleh Nemo apa maksud dan tujuan dari penghalang tersebut.
Ikan Nemo yang menabrak penghalang itu segera meminta maaf kepada Finley. Setelah mengetahui apa yang terjadi, Finley langsung marah besar.
“Apa yang kalian lakukan?! Kalian tidak boleh menghancurkan penghalang ini!” kata Finley dengan suara yang keras.
Nemo dan teman-temannya terkejut dan tidak mengerti mengapa Finley semarah itu.
“Mengapa ia semarah itu, padahal itu hanya pembatas biasa,” kata Nemo.
“Lagian pembatas itu tidak ada gunanya!” sambung Nemo lainnya.
“Huh! Dia hanya haus validasi!” kata salah satu ikan Nemo lainnya.
“Dia kan ikan yang paling sombong dan suka mengatur kehidupan kita di sini!” timpal Nemo yang berada di barisan paling belakang.
Mereka pun kembali mengarungi dasar lautan dengan membincangkan satu dan lain hal.
Suatu hari, Nemo menemukan bahwa kehidupan di laut mulai berubah. Ikan-ikan kecil mulai menghilang, dan terumbu karang mulai rusak. Nemo penasaran dan ingin tahu apa yang terjadi.
Saat Nemo sedang berkumpul dan mengamati juga menebak-nebak apa yang telah terjadi pada ekosistem yang mereka tinggali, Finley mendatangi Nemo dan teman-temannya.
“Dengar baik-baik, kalian semua!” kata Finley dengan suara yang keras.
“Dari sekarang, kalian tidak boleh berenang di sekitar terumbu karang ini tanpa izin dariku. Kalian harus meminta izin terlebih dahulu sebelum melakukan apapun!” titahnya yang bersifat mutlak.
Nemo dan teman-temannya terkejut dan tidak setuju dengan perintah Finley.
“Mengapa kita harus meminta izin?” tanya salah satu Nemo mengangkat bicara.
“Karena kalian harus patuh padaku! Sudah, tak usah banyak tanya! Cukup lakukan apa yang sudah ku perintahkan!” tegas Finley.
“Kita sudah hidup di sini selama bertahun-tahun dan tak ada masalah apapun yang terjadi.” protes salah satu dari rombongan Nemo dengan nada tak suka.
“Karena aku yang paling berkuasa di sini!” jawab Finley dengan sombong.
“Dan kalian harus patuh pada setiap perintahku. Jika tidak, kalian akan menghadapi konsekuensi yang berat!” ancam Finley lalu pergi begitu saja dengan gayanya yang angkuh.
Nemo dan teman-temannya tidak puas dengan jawaban Finley. Mereka tak terima, mereka merasa bahwa Finley telah melampaui batas dan harus diberi pelajaran.
“Kita tidak bisa terus-terusan hidup dalam ketakutan dan bekerja dibawah tekanan seperti ini!” kata Ketua ikan Nemo kepada rombongannya.
“Betul itu! Kita harus melakukan sesuatu untuk menghentikan Finley.” dukung ikan Komet si paling cerdas.
“Setuju!” seru rombongan ikan Nemo.
“Kita tidak bisa membiarkan Finley menguasai kehidupan di laut!” timpal mereka lagi.
Mereka pun mulai mengatur strategi untuk membalas sikap yang ditunjukkan oleh Finley. Mereka menentukan kapan dan dimana mereka akan bergerak untuk menjalankan rencana yang telah mereka susun dengan rapi.
Namun, ketika mereka akan menjalankan rencana mereka, tiba-tiba pemburu ikan liar datang dan hendak menangkap rombongan ikan Nemo dengan alat yang terlarang. Pemburu ikan liar itu, yang bernama Kapten Black Hook telah lama mencari ikan-ikan langka dan berharga di laut untuk dijual di pasar dan salah satu ikan langka yang mereka cari adalah ikan Nemo.
Baca juga: Kanvas Yang Berbicara Lewat Warna
Ternyata penghalang itu dibuat oleh Finley untuk memberi batasan bagi ikan-ikan langka dari pemburuan liar yang diketahui hanya oleh Finley. Finley telah mengetahui bahwa ada pemburu liar yang mencari ikan-ikan langka di laut, dan dia ingin melindungi Nemo dan teman-temannya dari bahaya itu. Ia mengetahuinya karena ia pernah menjadi korban penangkapan liar. Selama ini ia berlaku mengatur-atur ikan lainnya karena ia hanya tak ingin mereka menjadi korban selanjutnya.
Dan benar saja, tidak lama setelah kejadian rusaknya penghalang yang dibuat oleh Finley, pemburu liar yang bernama Kapten Black Hook tiba di terumbu karang dan menemukan jalan masuk ke tempat tinggal Nemo dan teman-temannya.
“Ah-ah, ikan-ikan kecil yang lezat!” kata Kapten Black Hook dengan senyum jahat.
“Kalian tidak bisa melarikan diri dari jaringku!” hardiknya saat melihat rombongan ikan Nemo akan berlari untuk mencari tempat perlindungan yang aman.
Finley, yang melihat rombongan ikan Nemo dalam bahaya, segera datang untuk melindungi mereka.
“Tinggalkan mereka!” seru Finley kepada Kapten Black Hook.
“Mereka tidak akan menjadi mangsa kalian!” timpalnya lagi.
“Tidak mungkin!” jawab Kapten Black Hook.
“Kalian semua akan menjadi bagian dari koleksiku!” ucap Kapten Black Hook dengan seringainya yang menyeramkan.
Dengan keberanian dan kekuatan yang luar biasa, Finley melawan Kapten Black Hook dan berhasil mengalahkan pemburu liar tersebut. Namun, dalam pertarungan itu, Finley terluka parah dan tersakiti.
“Maaf… maafkan aku,” kata Finley kepada Nemo dan teman-temannya dengan suara yang lemah.
“Aku hanya ingin melindungi kalian… namun aku salah dalam caranya…” lirih Finley.
Betapa terkejut dan sedihnya Nemo dan teman-temannya setelah mendengar pengakuan Finley. Mereka termenung beberapa waktu lalu akhirnya mereka menyadari bahwa Finley tidaklah seburuk yang mereka pikirkan, dia melakukan semua itu semata-mata hanya ingin melindungi mereka semua dari pemburuan ikan liar. Bahkan Finley berani untuk mengorbankan nyawanya sendiri.
“Kita tidak peduli dengan kesalahanmu,” kata Nemo kepada Finley.
“Kamu telah melindungi kami… kamu adalah pahlawan.” lirih Nemo dengan tangisnya yang terdengar menyakitkan.
Finley tersenyum lemah, senyum yang selama ini tak pernah ia perlihatkan.
“Terima kasih… terima kasih telah memaafkan aku…” ucapnya tulus.
“Bertahanlah, kami akan membawamu ke dasar lautan kembali. Kami akan mengobatimu!” kata ikan Dory, si paling ceria juga turut merasakan keresahan akan keselamatan nyawa Finley.
“Tak perlu. Kalian pergilah beristirahat dengan nyaman.” ucap Finley dengan suara yang kian melemah.
“Lalu bagaimana dengan dirimu, Finley?” Tanya Kapten dari rombongan Nemo.
“Aku akan pergi ke permukaan lautan. Aku ingin melihat cahaya yang disebut matahari itu. Itu impianku.” jawab Finley.
“Pergilah beristirahat, ini perintah mutlak ku yang terakhir!” tegas Finley setelah tak kunjung melihat pergerakan dari para Nemo.
“Baiklah, selamat tinggal. Terimakasih atas segala pengorbananmu untuk kami. Jasamu akan selalu kami kenang!” pamit para Nemo lalu kembali ke dasar laut untuk beristirahat sebagai penghormatan kepada perintah Finley yang terakhir.
Setelah itu, Finley pun pergi meninggalkan Nemo dan teman-temannya dalam kesedihan. Kepergian Finley juga membuat Nemo dan teman-temannya menyadari pentingnya kerja sama dan saling menghormati. Mereka berjanji untuk selalu melindungi dan menjaga satu sama lain, dan untuk tidak membiarkan kesombongan dan kebencian menguasai hati mereka.
Inilah kehidupan asli dari Finley, si Angelfish tua. Ia hidup di kedalaman laut yang gelap dan sunyi. Sepanjang hidupnya, ia berenang dalam kegelapan yang abadi. Hanya ditemani cahaya redup di ujung antenanya. Namun, di hatinya, ia menyimpan rasa penasaran yang tak pernah padam tentang cahaya besar di atas sana ‘matahari’, begitu arus laut membisikkan namanya.
Hari demi hari berlalu, tubuhnya semakin lemah, dan antenanya mulai meredup. la tahu waktunya tak lama lagi. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia melanjutkan berenang menuju permukaan, tempat yang tak pernah berani ia impikan sebelumnya.
Perjalanan itu panjang dan melelahkan. Kegelapan di sekitarnya perlahan berubah menjadi biru yang semakin terang. Sirip-sirip tuanya bergetar, hampir tak sanggup lagi mengayuh. Tapi rasa penasaran dan keinginan terakhir untuk melihat cahaya itu memberinya kekuatan.
Akhirnya, ia menembus permukaan laut. Untuk pertama kalinya, matanya melihat langit yang terbentang luas, dihiasi warna orange keemasan. Matahari perlahan tenggelam di cakrawala, memancarkan sinar hangat yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Langit tampak seperti kanvas api yang damai dan megah, jauh berbeda dari kegelapan dunia tempatnya berasal. Air mata mengalir dari matanya, bercampur dengan air laut yang asin. la terpesona, sekaligus merasa damai. la sudah melihat cahaya yang selama ini hanya menjadi mimpi.
Tubuhnya mulai lemas, nafasnya melemah. Matanya terpejam dan terkatup rapat. Perlahan, tubuhnya tenggelam kembali ke kedalaman lautan yang sunyi. Cahaya kecil di ujung antenanya meredup, lalu padam untuk selamanya.
la kembali ke kegelapan, namun hatinya telah dipenuhi kehangatan cahaya terakhir yang ia lihat di ujung hidupnya.
Dari semenjak hari itu, Nemo dan teman-temannya hidup dalam harmoni yang lebih besar, dan mereka selalu mengingat Finley sebagai pahlawan yang telah melindungi mereka dari bahaya.
Pesan moral yang terkandung dalam dongeng ini adalah tentang pentingnya kerja sama, saling menghormati, dan pengorbanan. Seperti yang dikatakan oleh Finley, “Aku hanya ingin melindungi kalian… namun aku salah dalam caranya…” Ini menunjukkan bahwa bahkan ketika kita membuat kesalahan, niat baik dan pengorbanan kita dapat membawa dampak positif bagi orang lain.
Dongeng ini juga mengajarkan kita bahwa tidak ada yang sempurna, dan kita semua memiliki kesalahan. Namun, yang penting adalah bagaimana kita belajar dari kesalahan itu dan menjadi lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh Nemo, “Kita tidak peduli dengan kesalahanmu, kamu telah melindungi kami… kamu adalah pahlawan.” Ini menunjukkan bahwa pengorbanan dan niat baik dapat membawa pengampunan dan penghargaan dari orang lain.
Pesan moral ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadi lebih peduli dan menghormati orang lain, serta berusaha untuk menjadi lebih baik setiap hari. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan saling mendukung.