Selasa tanggal 20 September 2022 lomba pidato, pembacaan puisi, dan mendongen dengan bahasa Bugis. Mengisi kegiatan Lomba Bahasa Ibu yang diselenggarakan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) tingkat SD kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.
Dengan kostum adat Bugis Makassar para siswa putra dan putri dari sekolah Dasar sekecamatan Tellulimpoe, menampilkan kebolehannya berpuisi, pidato dan mendongen dengan bahasa Bugis dihadapan dewan juri, peserta lainnya dan para guru pembina.
Kegiatan
Kegiatan yang merupakan rangkaian kelanjutan TOT (Traning of Trainer) guru bahasa daerah Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja tingkat provinsi Sulawesi Selatan di Makassar. Sehingga peserta yang berhasil lolos jadi juara akan mewakili kabupaten Sinjai untuk mengikuti lomba di tingkat provinsi.
Lomba dapat menjadi salah satu usaha untuk melestarikan bahasa ibu atau bahasa daerah dengan memperkenalkan pentingnya bahasa daerah kepada anak usia muda. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai oleh manusia sejak lahir melalui interaksi yang terjadi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya.
UNESCO melalui proses panjang menetapkan tanggal 21 Februari sebagai hari bahasa ibu internasional. Penetapan ini sangat mendasar, mengingat bahasa ibu diberbagai belahan dunia berangsur punah akibat berkurang penuturnya. Menurut sebuah penelitian ada 6 hingga 10 bahasa ibu hilang setiap tahunnya. Hingga saat ini tercatat tinggal 6.703 bahasa ibu.
Bahasa daerah perlu kita perhatikan dan lestarikan karena merupakan identitas kedaerahan. Saat menggunakan bahasa daerah kita lebih muda menunjukkan identitas diri kepada orang lain. Selain itu, identitas kedaerahan juga memberikan gambaran tentang karakter dan watak yang dimiliki seseorang.
Usaha Pelestarian
Penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari hari sangat penting, karena bahasa daerah menjadi sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia. Bahasa daerah dapat menjadi pelengkap bagi bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa daerah juga digunakan sebagai pengantar pengajaran bahasa Indonesia. Salah satu sumber kekayaan budaya bangsa Indonesia adalah bahasa daerah.
Globalisasi dibidang teknologi dan informasi menjadi salah satu penyebab bahasa daerah terancam punah. Berbagai konten atau isi dari bermacam macam media memakai bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia berpotensi penggunaan bahasa daerah menurun.
Penyebab lain yang menyebabkan punahnya bahasa daerah yaitu urbanisasi. Karena orang dari daerah jika berpindah ke kota maka dalam berinteraksi dengan etnis lain maka bahasa etnisnya sendiri cenderung ditinggalkan.
Orang tua juga kadang tidak lagi mengajarkan kepada anak anaknya dan mereka juga tidak secara aktif menggunakannya di rumah atau dalam berbagai komunikasi lainnya. Perkawinan campuran menyebabkan penggunaan bahasa etnis kedua pihak yang menikah ditinggalkan dan sebagai gantinya kedua pihak saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Baca juga : membaca lateral atau-membaca vertikal perbedaan dan manfaat
Berbagai cara untuk melestarikan bahasa daerah yaitu menerbitkan majalah atau bahan bacaan dengan bahasa daerah setempat. Menggunakan bahasa daerah saat di rumah, menyelenggarakan acara yang dapat melestarikan bahasa daerah, dan bahasa daerah menjadi muatan lokal di sekolah.
Lomba bahasa ibu yang diselenggarakan oleh KKKS Kecamatan Tellulimpoe adalah acara yang dapat melestarikan bahasa daerah. Saat ini di sekolah tingkat SD dan SMP di kabupaten Sinjai bahasa daerah telah dituangkan dalam dokumen 1 KSOP sebagai mata pelajaran muatan lokal.