Manfaat Berpikir Berpasangan untuk Berbagi di Kelas

Manfaat beberapa strategi pembelajaran di kelas tetap digunakan karena suatu alasan, dan Think-Pair-Share adalah sebuah pendekatan pembelajaran kooperatif adalah salah satunya. Baik Anda yang mengajar siswa sekolah dasar atau sekolah menengah atas , strategi ini cocok untuk semua orang. Strategi ini tidak memerlukan persiapan apa pun, dan jika digunakan dengan baik dan terprogram, strategi ini dapat sepenuhnya mengubah cara siswa memproses dan terlibat dengan konten.

Di sini kami akan menguraikan mengapa strategi ini layak digunakan, bagaimana strategi ini memberi manfaat nyata dan nyata bagi siswa Anda, serta cara sederhana untuk mulai menerapkannya dalam pelajaran Anda tanpa menambah beban pekerjaan Anda.

Apa itu Think-Pair-Share?

Think-Pair-Share adalah rutinitas diskusi tiga langkah dengan manfaat membantu siswa membangun kepercayaan diri terhadap ide-ide mereka sebelum mereka membagikannya kepada kelompok yang lebih besar.

Berikut rinciannya :

  • Berpikir – Siswa meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan pertanyaan atau perintah secara mandiri.
  • Berpasangan – Mereka beralih ke pasangannya dan membicarakan pikiran mereka.
  • Berbagi – Pasangan kemudian berbagi dengan seluruh kelas atau kelompok kecil.

Tidak ada lembar kerja, tidak ada peralatan teknis, dan tidak ada pengaturan. Ini adalah strategi sederhana yang memberikan dampak besar.

Manfaat Berpikir-Berpasangan-Berbagi

Beginilah cara Think-Pair-Share dapat mengubah manfaat kelas Anda menjadi tempat di mana setiap siswa merasa dilihat, didengar, dan siap untuk terlibat.

Memberikan Setiap Siswa Hak Suara

Akan selalu ada beberapa siswa yang akan selalu mengangkat tangan, sementara yang lain tetap diam, tidak peduli seberapa sering Anda melakukan kontak mata atau memberikan dorongan kepada mereka. Berpikir-Berpasangan-Berbagi akan membuat situasi menjadi lebih seimbang.

Tahap “berpikir” memberikan waktu bagi siswa yang introvert atau pembelajar bahasa Inggris untuk mengumpulkan pikiran mereka, sementara tahap “berpasangan” memberikan siswa cara yang tenang untuk mendiskusikan ide-ide mereka dan melihat apakah ide-ide tersebut masuk akal sebelum membagikannya kepada seluruh kelompok.

Ketika tiba saatnya untuk “berbagi,” bahkan siswa yang ragu-ragu merasa lebih siap karena mereka telah mengucapkan kata-kata itu dengan lantang sekali. Mereka tidak sedang sedang didesak; mereka hanya melanjutkan percakapan yang telah mereka lakukan dengan teman sekelas.

Membuat Semua Orang Berbicara dan Mendengarkan

Di banyak kelas, hanya beberapa anak yang berbicara sementara yang lain tidak peduli. Think-Pair-Share mengubah hal itu. Metode ini memberi semua siswa alasan untuk ikut berbicara, mendengarkan, dan saling bertukar ide.

Seiring berjalannya waktu, Anda akan mendengar siswa mengatakan hal-hal seperti, “Pasangan saya mengatakan sesuatu yang menarik…” atau “Saya tidak berpikir seperti itu sampai kita berbicara.” Saat itulah Anda tahu bahwa mereka tidak hanya mengobrol, mereka sedang membangun keterampilan percakapan yang sesungguhnya.

Membangun Kepercayaan Diri dan Membuat Siswa Berpikir Lebih Dalam

Ketika Anda mengajukan pertanyaan, seperti “Menurut Anda mengapa karakter tersebut melakukan itu?” atau “Apa dampak perubahan iklim terhadap berbagai tempat?”—beberapa anak terdiam. Bukan karena mereka tidak punya ide; mereka hanya tidak yakin apakah mereka berada di jalur yang benar.

Bagian “berpikir” dari strategi ini memberi siswa ruang untuk memproses tanpa tekanan. Kemudian bagian “berpasangan” berfungsi seperti latihan. Mereka dapat membicarakannya dengan pasangan terlebih dahulu, yang membantu mereka merasa lebih siap (dan lebih percaya diri) saat tiba waktunya untuk berbagi dengan kelas. Meskipun jawaban mereka tidak sempurna, mereka tetap merasa memiliki sesuatu untuk dikatakan, dan itu penting.

Dapat Menggunakannya Di Mana Saja, Dengan Nilai Apa Pun

Think-Pair-Share tidak terikat pada satu subjek, tetapi dapat digunakan di mana saja. Gunakan dalam matematika untuk membahas berbagai cara untuk memecahkan masalah, dalam sains untuk membuat prediksi, dalam membaca untuk menyelami pilihan karakter, atau dalam studi sosial untuk mengupas ide-ide besar seperti keadilan atau dampak.

Baik Anda mengajar anak kecil maupun siswa yang lebih tua, ini cocok untuk Anda. Bagian terbaiknya adalah Anda dapat membuatnya sesederhana atau sedetail yang Anda inginkan, tergantung pada gaya mengajar dan kelas Anda. Ini fleksibel, tidak memerlukan banyak persiapan, dan mudah dibuat sendiri.

Misalnya, selama pelajaran sains tentang ekosistem, Anda dapat meminta siswa untuk berpikir tentang bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi rantai makanan, berpasangan untuk membandingkan ide, dan kemudian berbagi kesimpulan mereka dengan kelas.

Baca juga: Pendidikan Berbasis Tempat, Kekuatan dan Manfaat

Cara Menerapkan Metode Think-Pair-Share dalam Pelajaran

Jika Anda baru saja memulai dengan strategi ini atau ingin memaksimalkan manfaatnya, berikut adalah beberapa cara agar strategi ini dapat berhasil di kelas Anda.

Mulailah dengan Keinginan yang Kuat

Cara Anda mengajukan pertanyaan itu penting. Jika Anda ingin siswa benar-benar berpikir dan berbicara, Anda harus memulai dengan pertanyaan yang solid . Lewati pertanyaan ya/tidak atau apa pun yang dapat mereka salin dari papan tulis atau sumber lain. Gunakan pertanyaan terbuka yang membuat mereka berpikir, menjelaskan, atau mengambil sikap. Cobalah hal-hal seperti:

  • “Kesalahan apa yang dilakukan karakter tersebut, dan apa yang bisa mereka lakukan secara berbeda?”
  • “Menurut Anda, solusi manakah yang lebih baik, dan apa yang membuat Anda berkata demikian?”
  • “Bagaimana Anda menjelaskan hal ini kepada seseorang yang lebih muda yang belum pernah mendengarnya sebelumnya?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak hanya membuat siswa berpikir, tetapi juga memberi mereka sesuatu untuk didiskusikan. Saat itulah Anda akan melihat manfaatnya.

Jelaskan dengan Rinci Apa yang Anda Harapkan

Sebelum Anda menggunakan Think-Pair-Share, pastikan siswa Anda tahu persis apa yang harus mereka lakukan di setiap langkah. Beri tahu mereka berapa lama mereka harus berpikir dengan tenang, seperti apa menjadi pasangan yang saling menghargai, dan apakah mereka akan berbagi dengan seluruh kelas atau hanya dalam kelompok kecil.

Berikan contoh sejak dini agar mereka tahu seperti apa seharusnya percakapan itu. Anda bahkan dapat memberikan contoh tentang seperti apa percakapan yang melibatkan pasangan yang kuat dan apa yang harus dihindari. Misalnya, tunjukkan bagaimana salah satu pasangan mungkin hanya mengangkat bahu dan berkata, “Saya tidak tahu,” sementara yang lain berkata, “Saya rasa karakter tersebut membuat pilihan itu karena merasa tersisih—menurut Anda bagaimana?”

Perbedaan kecil itu menunjukkan seperti apa partisipasi aktif sebenarnya. Kiat singkat seperti, “Dengarkan satu ide bagus dari pasangan Anda yang dapat Anda bagikan nanti,” membantu mereka tetap fokus dan bertanggung jawab.

Gunakan Timer atau Isyarat Visual

Gunakan pengatur waktu atau isyarat, terutama di awal saat siswa mungkin memerlukan bantuan untuk mengatur kecepatan. Misalnya, menyalakan dan mematikan lampu atau menggunakan slide deck dengan hitungan mundur untuk memandu mereka melalui setiap langkah. Struktur ini membantu segala sesuatunya berjalan lancar dan menjaga energi tetap tinggi.

Bergantian Pasangan

Jangan biarkan siswa selalu berpasangan dengan teman dekatnya. Bergantian pasangan secara teratur memastikan bahwa semua siswa mendapatkan paparan terhadap berbagai perspektif dan tidak ada yang merasa tersisih. Gunakan alat seperti roda pasangan, pencocokan angka, atau bahkan generator nama acak untuk mengubahnya dengan cara yang menyenangkan.

Tetaplah Bergerak

Berpikir-Berpasangan-Berbagi tidak harus panjang atau formal. Gunakan sebagai pemanasan, jeda otak, atau cara untuk menjembatani ke aktivitas yang lebih besar. Begitu menjadi bagian dari rutinitas Anda, siswa akan mengharapkannya dan bahkan mungkin menantikannya.

Think-Pair-Share merupakan salah satu strategi pengajaran yang masih tetap berhasil saat ini sebagaimana saat pertama kali diterapkan di kelas pada tahun 1980-an. Strategi ini mendukung berbagai macam pelajar, membangun komunikasi dan kolaborasi, serta memberi siswa sesuatu yang layak didapatkan semua anak: kesempatan untuk didengarkan.

Recommended For You

About the Author: SudutEdukasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *