Gemerlap Bintang Di Gelapnya Langit Malam

Karya: A.Citra Naqiyyah Salsabilla (Siswi Kelas VII UPTD SMPN 3 Sinjai)

Perkenalkan, nama saya Asharaina Savelira. Sekarang, saya sudah menduduki bangku SMA kelas 10. Saat ini, saya mendatangi sebuah sekolah yang pernah memberikan saya sebuah pelajaran yang berdampak besar pada kehidupan saya hingga sekarang. Saya dan teman-teman se alumni di sekolah itu datang untuk mengingat kembali setiap kejadian suka dan duka yang menerpa dalam proses terbentuknya diri menjadi lebih baik.

Pandangan saya menyapu sudut demi sudut sekolah menengah pertama itu dengan senyuman tulus. Saya masih ingat saat pertama kali bertemu dengan Ibu Renna, seorang tukang sapu yang bekerja di sekolah saya. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP kelas 7, dan Ibu Renna sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari saya.

Ibu Renna adalah orang yang sangat sederhana, namun memiliki hati yang sangat besar. Ia selalu tersenyum dan memiliki kata-kata yang bijak untuk diberikan kepada siapa pun yang membutuhkannya. Saya sering melihat Ibu Renna bekerja dengan sangat rajin, membersihkan kelas dan koridor sekolah dengan sangat teliti.

Di suatu malam, saya mengalami sebuah masalah keluarga. Teriakan menggelegar saling bersahutan di iringi dengan suara petir menyambar-nyambar. Kedua orang tua saya dan orang tua dari sepupu saya berdebat hebat di rumah saya kala itu.
Saya hanya bisa mendekap tangis didalam kamar dan memeluk adik saya yang menangis.

Setelah melewati malam yang penuh dengan teriakan itu, keluarga saya sering mendapatkan berbagai macam bentuk teror. Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan yang maha esa. Namun saya merasa mental saya hancur berserakan. Bahkan sepertinya sudah hancur lebur tak berbentuk. Saya yang biasanya menjalani hari dengan penuh senyuman kini lebih banyak diamnya. Diam, dan merenung.

Menangis pun saya pikir sudah tidak ada gunanya lagi. Saya merasa saluran air mata saya telah tersumbat dengan luka bernanah. Sempat putus asa dengan hidup yang saya jalani. Saya pernah berpikir untuk mengakhiri hidup saja.

Di suatu pagi kemudian, saya sedang berjalan di koridor sekolah saya melihat Ibu Renna sedang membersihkan kaca jendela. Saya menatapnya dan memperhatikannya dengan mata sayu cukup lama. Jarum menit berputar beberapa waktu, saya memutuskan untuk menghampirinya dan bertanya,
“Ibu Renna, apa yang membuat Ibu Renna selalu tersenyum dan memiliki semangat hidup yang tinggi?” Ibu Renna menatap saya dengan mata yang bijak dan berkata,
“Anak gadis cantik, hidup ini adalah pilihan. Kita dapat memilih untuk hidup dengan bahagia atau tidak. Saya memilih untuk hidup dengan bahagia, karena saya tahu bahwa hidup ini hanya sekali.”
“Kalau kamu punya masalah kamu harus selalu ingat kalau kamu punya tujuan. Tugasmu berat, ceritamu masih panjang. Tetap kuat ya, keindahan di depan sana menanti kedatanganmu nak.” Ucap Ibu Renna sembari mengelus bahu saya yang makin hari kian merapuh.

Saya merasa terharu dengan kata-kata Ibu Renna.
“Apakah saya boleh memeluk Ibu Renna?” Saya bertanya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Tentu saja boleh, nak sayang.” Balas Ibu Renna membawa saya ke dalam pelukan hangatnya.
Setelah itu saya pamit pergi menuju kelas dan duduk termenung.

Saya terus merenungkan kata-kata Ibu Renna dan mencoba menerapkan dalam kehidupan sehari-hari saya. Lambat laun saya mulai memahami bahwa hidup ini memang adalah pilihan, dan kita dapat memilih untuk hidup dengan bahagia atau tidak.

Beberapa hari setelahnya, ketika saya sedang berada di kelas, saya melihat seorang teman saya sedang merasa sedih. Dia namanya Kaifa. Saya mendekatinya dan bertanya apa yang terjadi. Kaifa berkata bahwa ia sedang mengalami masalah keluarga seperti saya dan merasa sangat sedih. Saya mendengarkan ceritanya dengan sabar dan kemudian berkata,
“Kaifa, hidup ini memang tidak selalu mudah, tapi kita dapat memilih untuk hidup dengan bahagia. Kita dapat memilih untuk melihat sisi baik dari setiap situasi.”

Kaifa menatap saya dengan mata yang terharu dan berkata,
“Terima kasih, Asha. Saya merasa lebih baik sekarang.” Saya tersenyum dan berkata,
“Saya senang bisa membantu. Ingat, hidup ini adalah pilihan, dan kita dapat memilih untuk hidup dengan bahagia.”

Saya merasa bahagia karena bisa membantu teman saya, Kaifa. Saya juga merasa bahagia karena bisa menerapkan kata-kata Ibu Renna dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya mulai memahami bahwa hidup ini memang adalah pilihan, dan kita dapat memilih untuk hidup dengan bahagia atau tidak.

Beberapa bulan kemudian, saya sedang berada di sekolah ketika saya melihat Ibu Renna sedang berbicara dengan seorang guru. Namanya Ibu Iklima. Saya mendekatinya dan mendengarkan percakapan mereka. Ibu Renna berkata,
“Ibu Iklima, saya ingin berbagi cerita dengan Anda. Saya memiliki seorang anak yang sangat saya cintai, namun ia meninggal beberapa tahun yang lalu. Bersamaan dengan itu, suami saya menceraikan saya karena menganggap saya tidak becus menjadi seorang istri sekaligus ibu. Saya merasa sangat sedih dan kehilangan, tapi saya tidak ingin hidup saya terhenti karena kesedihan. Saya memilih untuk hidup dengan bahagia dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain.”

Baca juga: Cahaya di Balik Kata (cerpen)

Setelah mendengarkan cerita Ibu Renna, saya merasa terharu dan bersemangat untuk membagikan cerita tersebut kepada teman-teman saya. Saya berpikir bahwa cerita Ibu Renna dapat menginspirasi mereka untuk memilih hidup dengan bahagia.

Saya memutuskan untuk membuat sebuah proyek untuk membagikan cerita Ibu Renna kepada teman-teman saya. Saya membuat sebuah poster yang berisi ringkasan cerita Ibu Renna dan memasangnya di koridor sekolah.

Teman-teman saya sangat terkesan dengan poster tersebut dan meminta saya untuk menceritakan cerita Ibu Renna secara lengkap. Saya dengan senang hati menceritakan cerita tersebut dan teman-teman saya sangat terharu dan bersemangat.

Proyek saya tersebut mendapat perhatian dari guru-guru dan mereka meminta saya untuk mempresentasikan cerita Ibu Renna di depan seluruh siswa sekolah. Saya sangat bersemangat dan mempersiapkan diri untuk mempresentasikan cerita tersebut.

Pada hari presentasi, saya sangat gugup namun saya tetap mempresentasikan cerita Ibu Renna dengan penuh semangat. Siswa-siswi di sekolah sangat terkesan dengan cerita tersebut dan mereka meminta saya untuk membuat proyek lain yang dapat menginspirasi mereka.

Saya sangat bahagia dan bersemangat untuk membuat proyek lain yang dapat menginspirasi teman-teman saya. Saya berpikir bahwa cerita Ibu Renna telah mengajarkan saya banyak hal tentang hidup dan saya ingin membagikan pengalaman tersebut kepada orang lain.

Dan begitulah, cerita Ibu Renna telah menjadi inspirasi bagi saya dan teman-teman saya untuk memilih hidup dengan bahagia. Saya juga telah memahami bahwa hidup ini tidak selalu mudah, tapi kita dapat memilih untuk melihat sisi baik dari setiap situasi. Saya berharap bahwa cerita tersebut dapat menginspirasi kalian juga untuk memilih hidup dengan bahagia.

Recommended For You

About the Author: SudutEdukasi

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *