Empati melalui Pembelajaran Sosial Emosional

Foto oleh  Pexels

Pendidikan saat ini terkadang difokuskan pada pengajaran standar yang ketat dan mempersiapkan siswa untuk penilaian lokal dan nasional. Matematika, membaca, sejarah, dan sains adalah mata pelajaran inti penting yang diperkenalkan sejak usia pra-sekolah. Namun, agar berhasil, siswa harus mengembangkan kemampuan bergaul dengan orang lain, bekerja sama, dan mengekspresikan pikiran dan perasaan secara produktif. Keterampilan ini dapat diajarkan melalui pelatihan sosial-emosional.

Apa itu Pembelajaran Sosial-Emosional?

Pembelajaran Sosial-Emosional (SEL) berfokus pada pengembangan keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk membangun hubungan di dalam dan di luar sekolah. Ini dimulai dengan fokus pada kesadaran diri dan mengetahui isyarat emosional sendiri. Setelah siswa memahami emosi mereka sendiri, mereka dapat belajar mengenali perasaan orang lain dan mengembangkan empati. Dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan ini, sekolah menyadari kebutuhan untuk menanamkan keterampilan sosial dan emosional dalam kurikulum.

Pentingnya Mengajarkan Empati dan Kebaikan

Meskipun visi dan misi sekolah berbeda, tujuan mendidik siswa adalah mempersiapkan mereka untuk hidup. Termasuk menjadi warga negara yang produktif dalam angkatan kerja global. Untuk alasan ini, sangat penting bahwa siswa mulai pada usia dini untuk mengembangkan keterampilan. Yang diperlukan untuk membangun hubungan dan menyelesaikan konflik. Ini dimulai dengan mengajar anak-anak untuk memahami emosi. Bagaimana mereka mendorong tindakan mereka, dan cara-cara siswa dapat mengatur diri sendiri untuk menjadi lebih produktif. Setelah siswa memahami perasaan mereka sendiri, mereka dapat menerapkan pengetahuan itu kepada orang lain.

Empati adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain. Karena sifat manusia yang egois, siswa harus diajarkan untuk berempati. Menurut Stephen Young, seorang ilmuwan peneliti di Center for Creative Leadership, ada tiga jenis empati.

  • Empati afektif: Memungkinkan orang untuk mengalami emosi yang sama seperti yang dialami orang lain. Contohnya adalah perasaan sedih ketika orang lain mengalami peristiwa menyedihkan dalam hidupnya, seperti kehilangan orang yang dicintai.
  • Empati perilaku: Bereaksi dengan perilaku verbal dan nonverbal yang menunjukkan pemahaman atas pikiran dan perasaan orang lain. Contohnya adalah tepuk tangan secara spontan ketika teman sekelas menyelesaikan tugas yang sulit.
  • Empati kognitif: Memungkinkan orang untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Contohnya adalah mengetahui bahwa seorang teman merasa sakit ketika dia menjatuhkan buku yang berat di kakinya.

Begitu siswa mulai mengembangkan empati, mereka dapat belajar cara mengekspresikan kebaikan untuk membangun hubungan dengan teman sebaya dan orang dewasa. Kebaikan adalah melakukan sesuatu untuk membuat seseorang bahagia atau membantu mereka dan tidak mengharapkan imbalan apa pun. Siswa akan segera menemukan bahwa tindakan baik dan empati akan membantu mereka untuk bekerja secara kooperatif dan membuat keputusan yang bertanggung jawab yang mengarah pada pemecahan masalah yang produktif.

Cara Mengajarkan Kebaikan dan Empati melalui Pembelajaran Sosial-Emosional

Mungkin mudah untuk memahami mengapa sekolah menambahkan SEL (Social Emotional Learning) ke dalam kurikulum mereka, tetapi strategi untuk mengajarkan empati dan kebaikan kepada siswa bisa jadi lebih sulit. Karena setiap tahap perkembangan datang dengan kesadaran dan koneksi pribadinya sendiri, guru akan ingin membahas SEL untuk setiap kelompok usia secara strategis.
Pra-sekolah dan Sekolah Dasar

Pada usia ini, siswa perlu fokus pada kesadaran diri. Sebelum mereka dapat berhubungan dengan orang lain, siswa harus mampu mengidentifikasi emosi mereka sendiri dan memahami apa yang menghasilkan perasaan tersebut. Guru akan ingin mengakui tindakan kebaikan secara khusus dengan menyatakan, “Anda baik sekali karena membagikan krayon Anda.” Demikian pula, guru dapat memberi label apa yang menyebabkan perasaan tersebut dengan membuat pernyataan seperti, “Saya yakin Anda frustrasi ketika kehilangan sepatu Anda, tetapi tidakkah Anda merasa senang ketika menemukannya di dalam lemari?”

Ketika siswa mulai mengembangkan bahasa untuk emosi mereka, guru dapat menekankan empati dengan mengakui dan mencontohkan gerakan empati. Sambil berpikir keras, seorang guru dapat mencontohkan hal ini dengan mengatakan, “Saya yakin Anda akan senang jika saya membagikan kue saya kepada Anda. Aku tahu kita berdua menyukai ini.” Segera, siswa akan menggunakan strategi ini dengan rekan-rekan mereka dalam upaya untuk mengembangkan persahabatan dan memperkuat hubungan.

Sekolah Dasar dan Menengah Atas

Ketika siswa tumbuh dalam memahami emosi dan pemicu mereka sendiri, standar pembelajaran sosial emosional dapat diajarkan melalui budaya kelas yang berfokus pada kebaikan. Ketika siswa melihat rasa hormat, empati, dan kebaikan dimodelkan, mereka cenderung merespons dengan cara yang sama; tetapi tidak cukup hanya dengan mencontohkan keterampilan sosial dan emosional, ini harus diajarkan secara strategis dan terus-menerus. Hal ini dapat dilakukan melalui kolaborasi, di mana siswa dilatih dan dibimbing melalui bekerja dengan orang lain dalam kelompok kecil.

Kegiatan yang memungkinkan siswa untuk secara aktif mendengarkan dan menanggapi rekan dapat lebih mengembangkan keterampilan SEL. Penting juga bahwa kegiatan pembelajaran sosial emosional memungkinkan siswa untuk mendiskusikan bagaimana emosi mereka mempengaruhi orang lain, baik secara positif maupun negatif. Partisipasi dalam survei perasaan mungkin merupakan alat yang efektif untuk mendorong diskusi tentang dampak tindakan seseorang. Mengetahui bagaimana seseorang mempengaruhi perasaan orang lain adalah sifat kepemimpinan yang sangat penting. Demikian juga, akan meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara efektif.

Cara mengajarkan Keterampilan Sosial

Ketika siswa mulai membentuk kepribadian mereka yang sebenarnya dan melihat ke arah pengembangan tujuan masa depan, inilah saatnya SEL berfokus pada membangun hubungan yang sehat dan menyelesaikan konflik dengan sukses. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari karakter buku yang membuat pilihan baik dan buruk dan mendiskusikan hasil dari keputusan tersebut.

Cara lain untuk mengajarkan keterampilan sosial dan emosional pada usia ini adalah melalui interaksi teman sebaya. Saat siswa terlibat dalam klub dan kegiatan ekstra kurikuler, ini adalah peluang besar untuk mengembangkan SEL lebih lanjut. Pengaturan kelompok yang lebih intim ini memberikan kesempatan bagi orang dewasa untuk mengajarkan strategi pengaturan diri dan mengelola perilaku karena hal itu memengaruhi kemampuan orang lain untuk mempertahankan ketenangan.
Pembelajaran Sosial-Emosional mempersiapkan siswa untuk menavigasi melalui masyarakat yang penuh tekanan dan serba cepat.

Dengan terus meningkatkan SEL bagi siswa sepanjang tahun pendidikan mereka, guru dapat membantu siswa melihat korelasi antara perilaku yang lebih baik dan kesuksesan. Melalui pelajaran ini, siswa akan mengembangkan empati dan mampu mengekspresikan kebaikan melalui strategi yang akan memungkinkan mereka untuk berkembang di sekolah dan dalam karir mereka di masa depan .

Sumber : Teachhub.com

Recommended For You

About the Author: SudutEdukasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *