Dalam kasus-kasus yang sederhana, masalah bahasa yang terkait dengan bentuk bersaing seringkali ditemui, misalnya penggunaan kata Qurban dan kurban. karena itu selanjutnya dikuatkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemakaian bentuk bersaing itu bisa dikatakan tidak terjadi lagi.
Misalnya, awalnya masyarakat bingung saat akan menulis bentuk yang tepat untuk kegiatan penelaahan, analisa atau analisis. Selanjutnya masalah itu berakhir setelah KBBI menetapkan bahwa kata yang tepat adalah analisis, dengan alasan bahwa kata tersebut diserap dari bahasa Inggris, analysis.
Bahwa kemudian masih ada yang menuliskan atau mengucapkan analisa dalam praktik berbahasa sehari-hari, hal itu bisa disebabkan banyak faktor. Bisa karena si pengguna bahasa tidak pernah membuka kamus, bisa juga karena perkembangan bahasa yang sangat cepat dan membuat dirinya tidak sempat mengamati hal itu.
Bentuk Bersaing
Kata pedesaan dan perdesaan adalah salah satu contoh bentuk bersaing yang akhir-akhir ini menjadi masalah. ada beberapa kata lain yang juga membuat bingung pengguna bahasa, khususnya kata turunan yang mengandung imbuhan (konfiks) pe-an dan per-an. Misal, seperti, pelintasan-perlintasan, pelindungan-perlindungan, pemukiman-permukiman, dan pemakaman-permakaman.
Masalah yang ditemukan dalam menggunakan bentuk yang tepat antara pedesaan dan perdesaan dapat dimaklumi karena adanya perubahan lema dalam KBBI yang menjadi rujukan.
Dalam KBBI edisi II, cetakan keempat, tahun 1995, kata yang dipakai adalah pedesaan. Dalam perkembangannya, kata pedesaan dirujuk pada kata perdesaan dalam KBBI edisi IV, cetakan keempat, tahun 2011, dan berlanjut hingga KBBI edisi V yang tersedia juga dalam bentuk daring.
Kata perdesaan, yang menjadi rujukan kata pedesaan itu, bermakna ’daerah permukiman penduduk yang sangat dipenuhi oleh kondisi tanah, iklim, dan air sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk di tempat itu’. Makna ini sebelumnya melekat pada kata pedesaan yang terdapat dalam KBBI edisi II.
Dalam kurun 1995 hingga 2011, pengguna bahasa terbiasa menggunakan pedesaan dalam praktik berbahasa sehari-hari. Perubahan menjadi perdesaan dalam KBBI edisi V hingga KBBI edisi terbaru membuat pengguna bahasa jadi berpikir-pikir lagi (atau kepikiran) mengenai kedua kata tersebut.
Imbuhan ”pe-an”
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa imbuhan pe-an memiliki beberapa alomorf. Pengertian alomorf adalah anggota morfem yang sama, yang variasi bentuknya disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya.
Imbuhan pe-an antara lain memiliki alomorf pe-an (pekerjaan), per-an (pertemanan), pel-an (pelajaran), pem-an (pembunuhan), dan pen-an (pendeklarasian). Dibandingkan dengan alomorf pel-an, pem-an, dan pen-an, alomorf pe-an dan per-an memang harus ditelaah dengan energi berlebih.
Imbuhan pe-an dan alomorfnya berfungsi sebagai pembentuk kata benda (nomina). Kata pekerjaan, misalnya berasal-usul dari kata kerja-bekerja-pekerjaan-pekerja. Bentuk lain dari kata ini adalah kerja-mengerjakan-pengerjaan-*pengerja. Baik kata pekerjaan maupun pengerjaan berkelas nomina.
Yang membedakan dari kedua kata itu adalah prosesnya. Kata pekerjaan (per-an) berasal dari kata benda yang mendapat imbuhan ber- (bekerja). Adapun pengerjaan berasal dari kata benda yang mendapat imbuhan me- (mengerjakan).
Contoh lain dari proses sejenis adalah kata pemukiman (mukim-memukimkan-pemukiman-pemukim) dan permukiman (mukim-bermukim-permukiman-pemukim). Pemukiman bermakna ’proses memukimkan’, sedangkan permukiman bermakna ’tempat bermukim’.
Unsur-unsur kata yang terlibat dalam proses itu (memukimkan, pemukiman, pemukim dan bermukim, permukiman, pemukim) lazim dipakai oleh pengguna bahasa. Dengan kata lain, kata-kata tersebut diterima pengguna bahasa karena maknanya memang ada dalam praktik berbahasa sehari-hari.
Dalam beberapa kasus, pola itu dapat menunjukkan adanya perbedaan pada bentuk akhir dari prosesnya. Misalnya, tinju-meninju-peninjuan-peninju dan tinju-bertinju-pertinjuan-petinju. Kata peninju bermakna ’orang yang melakukan pekerjaan seperti disebut pada kata dasarnya’, sedangkan petinju bermakna ’orang yang berprofesi seperti yang disebut pada kata dasarnya’.
Kata dengan imbuhan pe-an memiliki beberapa makna. Selain menunjukkan proses (pembunuhan, pemukiman, peninjuan), ada juga yang menunjukan tempat (permukiman, perumahan, perairan).
Makna lain seperti terdapat dalam KBBI adalah (1) menunjukkan hal atau keadaan (pergerakan, persetujuan, perdamaian); (2) menunjukkan hasil (pelajaran, perolehan); (3) menunjukkan perbuatan (percakapan, perkelahian, perseteruan); (4) menunjukkan hal yang berkaitan dengan (perkapalan, perburuhan, persuratkabaran).
Tentang pedesaan dan perdesaan
Jika melihat uraian di atas, kata yang maknanya menunjukkan tempat adalah perdesaan, bukan pedesaan. Adapun kata yang menunjukkan makna proses adalah pendesaan. Ini sejajar dengan kata permukiman-pemukiman, perkotaan-pengotaan, permakaman-pemakaman, perkampungan-pengampungan, dan perairan-pengairan.
Imbuhan dengan per-an yang maknanya menunjukkan tempat itulah yang menyebabkan adanya kesejajaran di antara kata-kata tersebut. Dengan kata lain, imbuhan per-an yang melekat pada mukim, kota, makam, kampung, dan air menjadi dasar penentuan pembakuan kata perdesaan daripada pedesaan.
Misalnya, desa-mendesa-pendesaan-pendesa dan desa-berdesa-perdesaan-pedesa. Bandingkan dengan unsur pada proses dengan kata mukim (mukim-memukimkan-pemukiman-pemukim atau mukim-bermukim-permukiman-pemukim) yang lazim dipakai dalam praktik berbahasa sehari-hari.
Seperti pada kasus analisa atau analisis, kebingungan dalam menggunakan pedesaan atau perdesaan diharapkan tidak terjadi lagi. Barangkali itulah yang menjadi penyebab KBBI edisi terbaru mencantumkan lema yang dianggap sebagai bentuk yang baku, yaitu perdesaan.
1 Comment