Jumat tanggal 28 Oktober 2022 Sekolah dasar Negeri 97 Sinjai. Terletak di Desa Arabika kecamatan Sinjai Barat, memperingati hari Sumpah Pemuda dirangkaikan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara dihadiri oleh pengurus Komite Sekolah serta orangtua/wali siswa. Terlaksana atas prakarsa Kepala Sekolah Abdullah, S.Pd dan partisipasi dari masyarakat.
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen peringatan hari kelahiran Nabi yang jatuh pada 12 Rabiul Awal di Tahun Gajah. Muhammad diyakini lahir pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (570 Masehi). Namun dalam catatan Muhammad Husain Haekal, dalam Sejarah Hidup Muhammad (2006). Pendapat-pendapat lain yang menyatakan bahwa Nabi lahir lima belas tahun sebelum peristiwa gajah.
Ada juga yang mengatakan ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau juga beberapa tahun sesudah Tahun Gajah. Ada yang menaksir tiga puluh tahun, dan ada juga yang menaksir sampai tujuhpuluh tahun.
Kini, momen kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awwal diperingati oleh Muslim di seluruh dunia dengan perayaan Maulid. Tak terkecuali di Indonesia, peringatan Maulid Nabi SAW dilakukan dengan berbagai ekspresi. Misal para guru dan peserta didik SDN 97 Arango menggunakan pakaian tradisional daerah Bugis Makassar. Merupakan salah satu dari ribuan suku yang bersatu melahirkan satau bahasa, bangsa dan tanah air Indonesia.
Teladan
Menurut Kepala SD 87 Arango Abdullah. S.Pd “Pemuda saat ini harus belajar dari sejarah. Tentang perjalanan kehidupan Nabi agar bisa meneladani prilakuNya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.” Sejalan dengan pendapat beliau maka dapat ditambahkan bahwa:
Perayaan Maulid Nabi SAW adalah sebagai upaya untuk mengenal keteladanan Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran Islam. Semangat persatuan para pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 memberikan pelajaran tentang bagaimana menyikapi perbedaan suku, bahasa, kultur, ras. Serta kepentingan yang dapat menjadi elemen kekuatan untuk bersatu”.
Menurut Nadiem dalam kompas.id 29 oktober 2022 . Bahasa Indonesia dicetuskan dalam Sumpah Pemuda pada 1928 untuk merajut keberagaman suku, agama, dan etnisitas. Bahasa menjadi elemen pemersatu para pemuda yang berasal dari berbagai identitas kedaerahan.
Momen ini dapat dijadikan jalan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat. Memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif yang dikenal Profil Pelajar Pancasila.